Downloadgratis buku sekolah elektronik untuk pelajar tingkat VII/ kelas 1 smp/mts by BelajarOnlineGratis in Types > School Work > Study Guides, Notes, &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana telah difahami bahwa pedoman hidup seorang mu'min adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW atau hadits yang shahih. Kitab hadits yang telah disepakati oleh ulama hadits adalah Shahih Bukhari yaitu kumpulan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 194-265 H dan Shahih Muslim yang disusun oleh Imam Muslim 204-261 H. Kedua kitab hadits tersebut adalah himpunan hadits-hadits Rasulullah SAW yang paling shahih. Lebih dari itu, semua hadits yang disepakati oleh kedua imam tersebut adalah hadits dengan tingkat keshahihan tertinggi. Yang dimaksud dengan kesepakatan antara Al-Bukhari dan Muslim adalah kesepakatan atas takhrij induk hadits dari segi nama sahabatnya, meskipun ada perbedaan dalam segi redaksinya. Demikian ditegaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar, seorang ahli hadits bertaraf internasional. Kitab Al-Lu’lu’ Wal Marjan adalah kitab referensi himpunan hadits shahih yang telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, biasa disebut Shahihain atau Muttafaq Alaihi. Kitab ini disusun oleh yang dihimpun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Kelebihan kitab ini yang tidak ditemukan pada kitab yang lainnya adalah digabungkannya hadits Shahih Al-Bukhari yang teksnya paling sesuai dengan teks hadits yang ada dalam Shahih Muslim menjadi satu kitab. Kitab ini meliputi berbagai masalah dalam agama Islam. Dan yang lebih penting lagi karena kitab ini pilihan yang disepakati dalam dari dua Kitab yang sudah shahih, maka hadits-hadits yang ada dalam kitab ini benar-benar tidak diragukan kesahihahnya. Oleh karena itu, untuk memahami sunnah Rasulullah SAW minimal kita mesti membaca kitab ini. B. Rumusan Masalah 1. Siapakah penyusun Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan? 2. Apa metode yang di gunakan dalam penyusunan Kitab Al-Lu’lu’ Wal Marjan? 3. Apa Isi kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan? C. Tujuan Perumusan Masalah 1. Mengetahui nama dan biografi penyusun Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan 2. Mengetahui metode yang di gunakan dalam penyusunan Kitab Al-Lu’lu’ Wal Marjan 3. Mengetahui isi kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Pengarang Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di tulis oleh Muhammad Fuadi bin Abdul Baqi bin Sholih bin Muhammad. Beliau lahir di Mesir di desa Balqilyubiyah[1] 3 Jumadil ula 1299 H atau 3 maret 1882[2] dan tumbuh besar di kairo. Beliau meninggal di kairo 1388 H.[3] Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di susun pada tahun kurang lebih 1949 M atau 1328 H. Masa kecil beliau di pergunakan untuk menuntut Ilmu, hal ini di tunjukkan dengan bergurunya ia bersama keluarganya ke Sudan selama lima tahun. Kemudian setelah dewasa Fuad Abdul Baqi mengajar di sekolah-sekolah sekitar kota Kaherah. Setelah itu, fuad Abdul baqi pula menjadi tenaga penterjemah bahasa arab dari bahasa Prancis di kota yang sama, yaitu Kaherah. Setelah giat mengajar, akhirnya Muhammad Fuadi bin Abdul Baqi memutuskan untuk mengundurkan diri lalu memusatkan dirinya di bidang penulisan kitab-kitab maupun indeks-indeks. Diantaranya 1. Kitab “Miftah Kunuz al-Sunnah” kitab ini dikarang dan disusun oleh Wensinck 1939 seorang orientalis Belanda yang telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab adalah satu sumbangan beliau di samping usahanya untuk memepelajari usaha tersebut.[4] 2. Kitab “Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an”. 3. Kitab “Mu’jam Gharib al-Qur’an”. 4. Indeks untuk kitab “Muwatta’ Imam Malik”. Ia menyebut permulaan hadits dan didepannya diisyaratkan nomor halaman yang terdapat kitab tersebut. 5. Indeks untuk kitab “Sunan Ibn Majah”, 6. Kitab “fahros liahadits shohih Muslim al-Qouliyah”, yakni kitab yang memuat indeks untuk kitab “Sahih Muslim” di samping sedikit uraian-uraian yang terkait.[5] Kitab ini disusun berdasarkan permulaan hadits-hadits qauli dalam kitab shahih Muslim berdasar sistematika kamus dikaitkan dengan kata-kata awal matan hadits dan menyebut di depan kata tiap hadits nomor halaman.[6] 7. Kitab “al-Lu’lu’ wa al-Marjan fi Ma Ittafaqa ala Syaikhan” yaitu Himpunan hadis yang disepakati oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, setebal 3 juz dalam 1 jilid yang sedang dibahas dalam makalah ini. B. Metode Penyusunan Kitab Al-Lu’lu’ Wal Marjan Shahih Al-Lu’lu’ Bukhari Wal Marjan Muslim adalah kitab referensi himpunan hadits yang paling tinggi tingkat keshahihannya yang berisi hadits-hadits yang disepakati oleh dua orang imam terkemuka ahli hadits, yakni Al-Bukhari 194-265 H dan Muslim 204-261 H. Imam Taqiyudin Abu Umar Utsman bin Abdurrohman bin Utsman bin Musa bin Abi Nashr Asysyahrazuri Asy-Syafi'i Ibn Ashsholaah membagi tingkat Hadits Shahih dalam tujuh tingkat 1. Sahih muttafaq alaihi, disepakati oleh Bukhari - Muslim. 2. Sahih hanya diriwayatkan oleh Bukhari. 3. Sahih hanya diriwayatkan oleh Muslim. 4. Sahih menurut syarat yang ditentukan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak meriwayatkan hadits itu. 5. Sahih hanya menurut syarat Bukhari, tetapi ia tidak meriwayatkannya. 6. Sahih hanya menurut syarat Muslim, tetapi ia tidak meriwayatkannya. 7. Sahih menurut riwayat lain-lainnya tidak menurut syarat keduanya.[7] Kesemuanya ini termasuk hadits sahih yang dapat diterima oleh ummat Islam dalam menentukan hokum. Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di susun berdasarkan urutan-urutan kitab shoheh muslim secara bagus. Kemudian beliau mengambil nama kitab-kitab dan bab-bab serta nomor-nomornya dari shoheh muslim. Dan mengambil nash Al-Hadits dari Shoheh Al-Bukhori yang telah disepakati oleh Imam Muslim. Dan di dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di sebutkan nash hadis Imam Bukhari yang hampir menyerupai nash hadits yang telah di sepakati oleh Imam Muslim.[8] Kelebihan kitab ini yang tidak ditemukan pada kitab yang lainnya adalah digabungnya hadits Shahih Al Bukhari yang teksnya paling sesuai dengan teks hadits yang ada dalam Shahih Muslim menjadi satu kitab. Al Hafizh Ibnu Hajar, ulama ahli hadits bertaraf internasional menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan kesepakatan antara Al Bukhari dan Muslim ialah kesepakatan atas takhrij induk hadits dari segi nama sahabatnya, meskipun ada perbedaan dalam segi redaksinya.[9] Misalnya hadits Bukhary yang bersanadkan Isma’il dari Malik dari Tsaur bin Zaiddari Abi’il Ghais dan Abu Hurairah berkata قال النبي صلى الله عليه وسلم " الساعي على الأرملة والمسكين كالمجاهد ÙÙŠ سبيل الله , أو كالذي يصوم النهار ويقوم الليل " “Orang yang memelihara janda dan orang miskin, bagaikan pejuang sabilillah atau bagaikan orangyang berpuasa di siang hari dan bertahajud di malam hari”. Kemudian bandingkan dengan hadits Muslim yang bersanadkan Abdullah bin Masalamah dari Malik dari Tsaur bin Zaid dari Abi’l Ghais dan Abu hurairah berkata قال النبي صلى الله عليه وسلم " الساعي على الأرملة والمسكين كالمجاهد ÙÙŠ سبيل الله , ÙˆØ£ØØ³ِبُÙ‡ُ كالقَائِÙ…ِ Ù„Ø§ÙŠÙØªØ±ُ , وكالصائمِ Ù„Ø§ÙŠÙØØ±ُ " “Orang yang memelihara janda dan orang miskin, bagaikan pejuang sabilillah dan aku menganggapnya bagaikan orang yang tiada henti-hentinya bertahajud di malam hari dan bagaikan puasa tanpa berbuka” Walaupun kedua hadits Bukhary dan Muslim diatas bersanadkan dan redaksinya berlainan, namun karena adanya persamaan dalam perawi pertama yaitu sahabat, maka kedua hadits tersebut tetap disebut dengan Muttafaq Alaih.[10] Istilah Muttafaq Alaih bukan bararti telah mendapatkan permufakatan oleh seluruh umat Islam namun menurut Ibnu shalah bahwa hadits tersebut harus diterima oleh seluruh umat Islam, disebabkan sebagian besar keshahihannya sudah diterima oleh sebagian besar umat Islam.[11] Sebagai contoh penyusunan hadits seperti hadits Imam Bukhari meriwayatkan Hadis الأعمال بالنية dalam tujuh tempat 1. عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه قال سمعت رسول الله يقول إنما الأعمال بالنية, وأنما لكل امرئ مانوى, Ùمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها, أو إلى امرأة بنØÙƒÙ‡Ø§, Ùهجرته إلى ما هاجرإليه 2. ÙÙŠ 2- كتاب الإيمان, 41- باب ماجاء أن الأعمال بالنية عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه أن رسول الله قال الأعمال بالنية, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها, أو امرأة يتزوجها, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه 3. ÙÙŠ 49- كتاب العتق, 6- باب Ø§Ù„ØØØ£ والنسيان ÙÙŠ العناقة والØÙ„اق عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضي الله عنه, عن النبي قال الأعمال بالنية, ولامرئ ما نوى, Ùمن كانت هجرته إلى الله ورسوله, Ùهجرته إلى الله ورسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها, أو امرأة يتزوجها, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه 4. ÙÙŠ 63- كتاب الأنصار, 45- باب هجرة النبي ص. Ù…. ÙˆØ§ØµØØ§Ø¨Ù‡ ÙÙŠ المدينة. عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه قال سمعت رسول الله يقول الأعمال بالنية, Ùمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها, أو امرأة يتزوجها, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه, ومن كانت هجرته إلى الله ورسوله, Ùهجرته إلى الله ورسوله 5. ÙÙŠ 67- كتاب النكاØ, 5- باب من هاجر أو عمل ØÙŠØ±Ø§ لتزويج امرأة Ùله ما نوى عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه قال قال النبي ص. Ù…. العمل بالنية, وإنما لامرئ ما نوى, Ùمن كانت هجرته إلى الله ورسوله, Ùهجرته إلى الله ورسوله ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها, أو امرأة ينكØÙ‡Ø§, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه[12] 6. ÙÙŠ 83- كتاب الأيمان والنذور, 23- باب النية ÙÙŠ الأيمان عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه قال سمعت رسول الله يقول إنما الأعمال بالنية, وإنما لامرئ مانوى, Ùمن كانت هجرته إلى الله ورسوله, Ùهجرته إلى الله ورسوله, ومن هاجر إلى دنيا يصيبها, أو امرأة يتزوجها, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه 7. ÙÙŠ 90- كتاب الØÙŠÙ„, 1- باب ÙÙŠ ترك الØÙŠÙ„ عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه قال سمعت النبي يقول أيها الناس, إنما الأعمال بالنية, وإنما لامرئ مانوى, Ùمن كانت هجرته إلى الله ورسوله, Ùهجرته إلى الله ورسوله, ومن هاجر إلى دنيا يصيبها, أو امرأة يتزوجها, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini dengan teks yang ada dalam kitabالإمارة 33, bab إنما الأعمال بالنية 45, nomor hadits 155. عن عمر بن Ø§Ù„ØØØ§Ø¨ رضى الله عنه قال قال رسول الله ص. Ù…. إنما الأعمال بالنية, وإنما لامرئ مانوى, Ùمن كانت هجرته إلى الله ورسوله, Ùهجرته إلى الله ورسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها, أو امرأة يتزوجها, Ùهجرته إلى ما هاجر إليه Teks ini tidak sesuai kecuali terhadap hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Al-Iman wa An-Nudzur.[13] Kitab ini meliputi berbagai masalah dalam agama Islam. Dan yang lebih penting lagi karena kitab ini pilihan yang disepakati dalam dari dua Kitab yang sudah shahih, maka hadits-hadits yang ada dalam kitab ini benar-benar tidak diragukan kesahihahnya.[14] Al-Lu’luk wa Al-Marjan fi Ma Ittafaqa alaihi Syaikhan dalam penyusunannya, Syekh Muhammad Fuad Abdul Baqi menulis kitab ini sebagaimana sistematika Shahih Muslim, karena Muslim mengumpulkan hadis yang terkait dengan satu tema tertentu dalam satu bab. Di samping itu, terkadang Al-Bukhari memenggal redaksi hadis dan diletakkan di beberapa bab yang berbeda. Beliau melakukan hal ini dalam rangka ber-istidlal dengan hadis tersebut untuk menguatkan judul bab yang beliau tetapkan. Sementara, teks hadisnya, beliau pilih dari Shahih Al-Bukhari. Beliau menempatkan hadis Shahih Al-Bukhari pada judul bab dari Shahih Muslim. Kemudian, beliau memberi keterangan “Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab demikian”. Jumlah hadis dalam kitab Al-Lukluk wa Al-Marjan adalah sebanyak 1906 hadis.[15] Kitab ini diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh H Salim Bahreisy. Dan penyusunan kitab ini disebabkan penterjamah merasa adanya kewajiban kepada setiap muslim sebagaimana yang tersebut dalam ayat 187 surat Al-Imran, juga dalam sabda Nabi Muhammad saw "Ballighu anni walau ayah" Sampaikan apa yang kalian dapat dariku walau hanya se-ayat. Disamping adanya keinginan membuat suatu amal jariyah yang berguna seterusnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw"Ilmun yuntafa'u bihi" Ilmu pengetahuan yang berguna.[16] C. Isi kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan Kitab ini adalah panduan bagi setiap Muslim dalam menapaki jalan hidupnya di dunia ini. Kitab Lu’lu’ Wal Marjan berisi kumpulan hadist-hadist shohih dari Bukharidan Muslim yang terdiri dari tiga juz, 54 Kitab, dan 1906 buah Hadist. Berikut isi dari kitab Lu’lu Wal Marjan Juz pertama berisi tentang Kitab Iman, Thaharah, Haidh Datang bulan, Sholat, Masjid, dan ketentuan Sholat, Sholat para Musafir dan qosornya, Jum’at, Sholat 2 hari Raya, Sholat Istisqa’, Sholat Khusuf, Janaiz dan zakat. Juz Kedua berisi tentang Puasa, I’tikaf, Haji, Nikah, Menyusui, Talak, Li’an, Pembebasan Budak al-atik, Jual beli, Musaqaf Persewaan Tanah, FaraidhWarisan, Al-habbath, Wasiat, Nazar, Al-Aiman Sumpah, Taqsim, Al-Hudud Hukum atas kejahatan, Al-Aqdiyyah, Al-Luqthah Barang Temuan di Jalan, Jihad, Al-Imarah Pemerintahan dan Penyembelihan Hewan Qurban. Juz Ketiga berisi tentang Al-Udhiyyah Berkorban, Al-Asrabah Minuman, Pakaian dan Perhiasan, Adab Tata Tertib, As-Salam, Tuntunan penggunaan kata-kata sopan, Sya’ir Sajak, Mimpi, Al-fadhail, adab sopan santun dan silahturahmi, Qadar, Ilmu- Zikir-Doa-Taubat dan Istigfar, Taubat, Sifat-sifat munafik, Syurga dan kenikmatannya, Tanda-tanda Kiamat, Zuhud dan Tawaddu’ dan Tafsir.[17] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di tulis oleh Muhammad Fuadi bin Abdul Baqi bin Sholih bin Muhammad. Beliau lahir di Mesir di desa Balqilyubiyah 3 Jumadil ula 1299 H atau 3 maret 1882 dan tumbuh besar di kairo. Beliau belajar di beberapa sekolah dan kemudian bekerja sebagai penerjemah dari bahasa perancis di bank pertanian 1933-1905. Kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di susun berdasarkan urutan-urutan kitab shoheh muslim secara bagus. Kemudian beliau mengambil nama kitab-kitab dan bab-bab serta nomor-nomornya dari shoheh muslim. Dan mengambil nash al hadits dari shoheh al-Bukhori yang telah disepakati oleh imam muslim. Dan di dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan di sebutkan nash hadis bukhari yang hampir menyerupai nash hadits yang telah di sepakati oleh muslim. Kitab Lu’lu’ Wal Marjan berisi kumpulan hadist-hadist shohih dari Bukhari dan Muslim yang terdiri dari tiga juz, 54 Kitab, dan 1906 buah Hadist. B. Saran Meskipun kami sudah berusaha maksimal menyelesaikan makalah ini, tapi kami yakin masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Karenanya, kritik dan saran sangat kami nantikan untuk perbaikan selanjutnya. Terima kasih. [1] Muhammad Fuadi bin Abdul Baqi bin Sholih bin Muhammad, Al-Lu’lu’ Wal Marjan, Maktabah Syamilah,- [3] Muhammad Fuadi bin Abdul Baqi bin Sholih bin Muhammad, [4] Mahmud Al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, pent. Aqil Husin al-Munawar & Masykur Hakim,Semarang Dina Utama, 1995, [6] Mahmud Al-Thohhan, [7] Muhammad Fuadi Abdul Al-Baqi, Al-Lu’lu’ wa Al-Marjan, Kairo Darul Hadis. h. 9; lihat juga Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah Hadits, Bandung Al-Ma’arif, 1974, h. 124-127 [8] Muhammad Fuadi bin Abdul Baqi bin Sholih bin Muhammad, Al-Lu’lu’ Wal Marjan, Maktabah Syamilah,- [10] Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah Hadits, Bandung Al-Ma’arif,1974, h. 125 [12] Muhammad Fuadi Abdul Al-Baqi, Al-Lu’lu’ wa Al-Marjan, Kairo, Darul Hadis, h. 8. [17] Muhammad Fuadi Abdul Al-Baqi, Al-Lu’lu’ wa Al-Marjan, KairoDarul Hadis. ShopWAL G. SAKINA WRAP MIDI DRESS - Jerseykjoler - forest green/mørkegrøn til 329,00 kr (06.07.2022). Gratis levering på ordrer over 209 kr. 📗 اللؤلؤ والمرجان فيما اتفق عليه الشيخان 📝 Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi’ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ Matan Terjemah Al-Lu'Lu' Wal Marjan - Kitabul Iman 🎙 Pembahasan Al-Lu’Lu’ Wal Marjan – Kitabul Iman Ustadz Bisri Tujang Lc. Related Contohdan Artinya l.l nyaba 1.2 make 1.3 diala - 'bepergian' , memakai' 'dipetik' No. 20 Kode Nama Kelas Kata Kata Nama atau Substantiva N (Kecap Barang) 3. Kata Sifat atau Ajektiva Kata Keterangan atau Adver o bia 2.1 kebon 2.2 pangeu - 'kebun' 'pemberhen o reunan han' 2.3 walungan - 'sungai'-Aj 3.1 endah - 'indah' 302 tiis - 'dingin' , 303BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dikaruniakan oleh Allah SWT berupa akal dan pikiran. Akal digunakan manusia untuk berfikir, memikirkan sesuatu. Namun, manusia juga memiliki ke khilafan dalam setiap langkah, perbuatan, maupun sifat dan tindak tanduk yang dijalaninya, karena manusia juga mempunyai fitrah yang memiliki kekhilafan. Suatu perbuatan yang di lakukan manusia, apabila keluar dari jalur yang telah di tentukan oleh Allh SWT maka itu di katakan Dosa. Perbuatan dosa sering di lakukan oleh manusia, karena manusia sering tidak menyadari akan perbuatan yang di lakukannya karena manusia lebih sering mengikuti hawa nafsunya dengan tidak memikirkan akibat buruk dan apa yang di lakukannya. B. Rumusan Masalah a. Apakah macam-macam dosa besar sesuai dengan hadis Lu’lu wal Marjan56? b. Bagaimanakah cara menghapuskan dosa-dosa besar tersebut? C. Tujuan Pembahasan Tujuan kami membahas makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, yaitu bapak Drs. H. Sangkot Nasution dan sekaligus membahas makalah yang berjudul “Tujuh Macam Dosa Besar”. BAB II TUJUH MACAM DOSA BESAR A. Hadist Tujuh Macam Dosa Besar LM56 حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ» قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَما هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِناتِ الْغافِلَاتِ». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾ Artinya Hadis riwayat Abu Hurairah radiyallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri pada hari perperangan dan menuduh zina pada wanita yang menjaga kesuciaan dan beriman”. Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś [1] B. Penjelasan Hadist Di dalam hadist tersebut dikemukakan tujuh macam dosa besar, hal itu antara lain a. Syirik kepada Allah Syirik menurut arti bahasa arab ialah dari kata sekutu, serikat, atau perkongsian. Sedangkan menurut pengertian syara’ memperserikatkan allah dengan sesuatu makhluk ciptaan-Nya[2] حَدِيثُ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَبَائِرِ، قَالَ الإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الْوالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَشَهادَةُ الزّورِ». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾ Artinya Hadis riwayat Anas radillahu anhu, ia berkata; Nabi sallallahu alaihi wasallam ditanya tentang kaba’ir dosa-dosa besar. Maka Beliau bersabda “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh orang dan bersumpah palsu.shahih al- Bukhariy hadis Menurut Prof. Dr. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya Al-Islam pada dasarnya syirik itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu 1. Syirik akbar Yakni mempersekutukan sesuatu makhluk dengan Allah baik mempersekutukan dalam beribadat kepada Allah, syirik ini mengeluarkan orang yang bersyirik dengannya dari agama, tidak ada ampunan dari padanya selain taubat melepaskan diri dari padanya.[3] 2. Syirik ashghor Yakni mengerjakan sesuatu bukanlah Allah semata-mata seperti juga mengerjakan dengan riya. ¨ Sebab- sebab terjadinya syirik 1. Mengagumi dan mengagungkan sesuatu 2. Cenderung mengimani yang konkrit dan lalai mengimani yang abstrak 3. Dikuasai nafsu 4. Sombong dalam beribadah kepada Allah 5. Adanya para penguasa yang memperbudak manusia untuk kepentingan mereka. b. Berbuat SihirTenung Berdasarkan bahasa Arab, sihir berasal dari kata “saharo atau sihrun” yang berarti sihir atau tipu daya. Terminologinya menurut ulama tauhid adalah suatu hal perkara atau kejadian yang luar biasa dalam pandangan orang yang melihatnya. Sihir dapat dipelajari atau diusahakan. Seseorang yang mempelajari, mengetahui dan mengerjakan sihir, tentu ia akan dapat melakukan perkara tersebut. Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain[4] a. Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh, b. Memusnahkan harta benda seseorang, c. Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak atau dengan anggota keluarga lainnya. Firman Allah SWT “Mereka mempelajari dari kedua malaikat ini, ada apa dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan para tukang sihir itu tidaklah memberi madarat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah “. al-Baqorah 23 c. Membunuh Jiwa yang di Haramkan Allah Membunuh ialah suatu tindakan yang di lakukan oleh seseorang dengan cara meniadakan nyawa orang lain. Membunuh merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang menjurus ke dalam hal yang tidak baik, karena menghilangkan nyawa orang lain, yang sebenarnya belum saatnya untuk di hilangkan. Ada beberapa jenis pembunuhan, diantaranya a. Pembunuhan dengan di sengaja. b. Pembunuhan tidak di sengaja. c. Pembunuhan seperti sengaja. d. Memakan Riba Riba berasal dari bahasa arab yang berarti tambah ziyâdah atau berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah syara' yang dimaksud dengan riba ialah “perjanjian pinjam meminjam uang antara dua orang dengan syarat ada keuntungan yang telah ditentukan terlebih dahulu bagi yang menghutang.” [5] Menurut Syaikh Muhammad Abduh, riba adalah penambahan- penambahan yang disayaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan. ¨ Macam-macam riba a. Riba nasi’ah berasal dari kata “na-sa-a,artinya tumbuh. Ribah nasiah adalah tambahan yang terjadi dalam hutang piutang berjarak waktu. Ribah nasi’ah ini sering disebut sebagai riba Jahiliyah dan juga riba qardli dalam masalah hutang piutang uang. b. Riba fadli berasal dari akar kata “fa-dla-la”, artinya lebih/ tambah. Riba fadli ialah tambahan yang menjadi pada jual beli emas, perak dan berbagai bahan makanan pokok dengan barang yang sejenis karena tidak sama kualitasnya. Riba fadli ini sering dinamakan juga dengan riba buyu’, karena trjadi dalam masalah jual beli.[6] e. Memakan Harta Anak yatim Harta menurut fuqaha Hanafiah menetapkan bahwa sesuatu yang bersifat benda yang dikatakan a'yan[7]. Sedang menurut fuqaha harta mal adalah nama bagi yang selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dapat dilakukan tashrruf dengan jalan khtiyar[8]. Adapun yang dimaksud anak yatim yaitu اليَتِم هو من مات عنه ابوه ولم يباخ الحلم Yatim adalah anak yang telah ditinggal mati ayahnya dan dia belum pernah mimpi basah [9] Anak yatim adalah anak-anak yang telah ditinggal ayahnya sebelum anak itu sampai umur dengan tidak meninggal harta. Berarti disini ada batasan mengenai umur anak yatim, jika sudah mencapai umur dewasa maka tidak bias lagi dikatakan anak yatim,karena dalam kenyataannya mereka bisa hidup mandiri meskipun tidak adanya orangtua, kecuali mereka dikatakan bodoh akalnya. Sebaiknya bagi para wali anak yatim atau orang yang diwasiati dalam memelihara anak yatim agar harta tersebut tidak disalah gunakan untuk sesuatu yang bukan keperluannya dengan memakannya secara zhalim. Perhatian Islam terhadap harta anak-anak yatim, menjadi perhatian serius karena memakan harta anak yatim termasuk dosa besar. Seperti halnya menyekutukan Allah dan yang lainnya yang termasuk dosa itulah bagi pemelihara agar berhati-hati dalam mengelola harta anak yatim. f. Melarikan Diri Dari Perang Jihad Saat Berperang Islam mewajibkan umatnya untuk memelihara, menjaga, mempertahankan dan membela agamanya jika Islam di serang dan di perangi musuh, maka umat Islam di wajibkan untuk berperang. Dan apabila tentara Islam telah ada di medan perang, haram bagi mereka mundur dan lari dari peperangan tersebut. Firman Allah SWT Artinya “barang siapa membelakangi mereka mundur di waktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahanam, dan amal buruklah tempat kediaman itu “. Al-anfal 16 Orang yang melarikan diri dari peperangan berarti orang tersebut telah berkhianat kepada Allah SWT dan telah dianggap sebagai orang tidak meyakini Allah lagi. g. Menuduh Wanita Mu’minat yang Sopan Berzinah Melontarkan tuduhan zina kepada seseorang adalah hal yang di larang oleh Islam, karena selain dapat merusak nama baik orang yang di tuduh juga dapat menjatuhkan kehormatan keluarganya. C. Cara menghapuskan dosa Ada beberapa cara untuk menghapuskan dosa besar, diantaranya Ø Taubat Ialah penyebab diampunkannya dosa-dosa dan penyebab tidak di perlakukannya hukuman atas dosa itu. Yang di maksud taubat disini adalah taubat yang nashuha yakni taubat yang tulus, muncul dari lubuk hati dan bukan karena hanya komat-kamit mulut; taubat yang di sertai dengan rasa penyesalan terhadap dosa yang telah di lakukan denga tekad untuk tidak mengulanginya. Ø Istighfar memohon ampun Istighfar masuk ke dalam makna taubat, kelebihan taubat dan istighfar adalah bahwa di antara esensi taubat adalah bertekad untuk menjauhi kemaksiatan di masa mendatang. Firman Allah SWT Artinya “Dan Allah tidak akan menyiksa mereka padahal mereka meminta ampun “. 33 Ø Melaksanakan kebaikan-kebaikan. Ø Tertimpa musibah-musibah dunia Sabda Rasulullah SAW ما يصيب المسلم من نصب ولا وصب ولا هم ولاحزن ولا ادى ولا عم حتى الشّوكة يتشاكها الاكفر الله بها من خطاياه. Artinya“Tidaklah menimpa seorang muslim keletihan, keperatan, kebingungan, kesulitan, kesedihan, bahkan hingga dunia yang menusuknya, melainkan dengan itu semua Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya Mutaffaq Alaih Ø Do’a orang-orang mukmin dan permohonan ampun mereka kepada Allah selama orang itu hidup dan setelah mati Ø Padhol yang di persembahkan kepada hamba yang mukmin baik pahala dan shadaqah, membaca Al-Qur’an, haji atau yang lainnya[10]. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah yang kami bahas adalah bahwa di dalam kitab Lu’lu’ wal Warjan hadist 56 tentang tujuh macam dosa besar, dikatakan bahwa yang termasuk kedalam dosa besar adalah 1. Syirik kepada Allah 2. Berbuat sihir tenung 3. Membunuh jiwa yang diharamkan Allah 4. Memakan Riba 5. Memakan harta anak yatim 6. Melarikan diri dari Peperangan, dan 7. Menuduh wanita mu’minat berzinah B. SARAN Setelah kita mengetahui macam-macam dosa besar yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya, maka hendaklah kita sama-sama untuk menjauhi dosa-dosa tersebut agar terhindar dari laknat Allah. DAFTAR PUSTAKA Fuad, Muhammad Abdul Baqi, Al-lu’luk wal marjan, Jakarta Buku Islam- utama, 2011 Kamal Pasha, Mushtafa dkk. Fikih Islam Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta 2002. Hasbi Ash Shiddeqy Tim, Al- Islam, Jakarta Bulan Bintang, 1977 Muhammad Teungku Hasbi Ash Shiddieqy, Al- Islam I, Semarang PT. Pustaka Rizki Putra,1998 Nu’am Muhammad Yasin, Iman Rukun Hakikat, dan yang membatalkannya, Bandung As-Syamsil 2002 [1] Muhammad fuad Abdul Baqi, Al-lu’luk wal marjan, I hlm. 28 [2] Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Al- Islam I hlm. 53 [3] Tim. Hasbi,Ash shiddieqy, Al-Islam, hlm. 224 [5] Musthafa kamal pasha, dkk Fikih Islam, hlm. 379 [10] Dr. Muhammad Nu’am Yasin, Iman Rukun, Hakikat, dan yang membatalkannya, Bandung As-syamsil, 2002 hal 256-259
11PBNU, “Negara Menurut Ahlussunah wal Jama’ah”, dalam Materi Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Jakarta: PBNU, 2012), hlm. 193.. 209 489 429 303 30 359 470 170